Hari ni housemate kantoi bawa kawan perempuan "tahajud" sampai jam 5-6 pagi. Muka innocent tapi buat benda tak senonoh. Korang tu pelajar jaga la tingkah laku. Jangan buat something yang merosakkan masa depan. Malu la bakal cikgu perangai macam ni.
-Kisah Seram Lelaki Tinggal Serumah Dengan 'Housemate' Yang Dah 2 Tahun Meninggal Dunia
-"Dia Dah Meninggal Lama..." Kisah Benar Menyeramkan! Housemate Rumah Sewa Sewaktu Kerja Di Bandar.
Rizal adalah seorang bujang yang bekerja sebagai penerjemah di sebuah perusahaan media. Dia tinggal di sebuah rumah sewa bersama tiga penyewa lain, yaitu Fikri, Rina, dan Dina. Mereka semua adalah teman sekolahnya sejak SMA.
Rizal adalah tipe orang yang pendiam, rajin, dan bertanggung jawab. Dia tidak suka berpesta, minum, atau merokok. Dia lebih senang menghabiskan waktu di kamarnya, membaca buku, menonton film, atau mengerjakan proyek penerjemahannya.
Fikri, Rina, dan Dina adalah kebalikannya. Mereka adalah orang-orang yang suka bersenang-senang, bebas, dan tidak peduli dengan aturan. Mereka sering membawa kawan perempuan atau laki-laki ke rumah, berpesta sampai larut malam, dan meninggalkan rumah dalam keadaan berantakan.
Rizal sering merasa kesal dan terganggu dengan tingkah laku mereka. Dia merasa tidak nyaman tinggal di rumah yang sama dengan mereka. Dia ingin pindah ke tempat yang lebih tenang dan bersih, tetapi dia tidak punya cukup uang untuk menyewa rumah sendiri.
Suatu hari, Rizal mendapat tawaran untuk menerjemahkan sebuah novel terkenal dari bahasa Inggris ke bahasa Melayu. Novel itu adalah karya favoritnya, dan dia sangat antusias untuk mengerjakannya. Dia berharap bisa menyelesaikan proyek itu dalam waktu dua bulan, dan mendapat bayaran yang lumayan.
Namun, rencananya terganggu oleh ulah Fikri, Rina, dan Dina. Mereka semakin sering mengadakan pesta di rumah, dan membuat kebisingan yang mengganggu konsentrasi Rizal. Mereka juga tidak peduli dengan kebersihan rumah, dan sering meminjam barang-barang Rizal tanpa izin.
Rizal sudah berulang kali meminta mereka untuk menghormati privasinya, tetapi mereka tidak menggubrisnya. Mereka malah mengejek Rizal sebagai orang yang kuno, membosankan, dan tidak punya hidup. Mereka mengatakan bahwa Rizal harus lebih santai, bersosialisasi, dan menikmati hidup.
Rizal merasa tidak ada gunanya berbicara dengan mereka. Dia merasa tidak ada yang mengerti dan menghargai pekerjaannya. Dia merasa sendirian dan tertekan.
Suatu malam, ketika Rizal sedang mengerjakan proyek penerjemahannya, dia mendengar suara musik yang sangat keras dari ruang tamu. Dia keluar dari kamarnya, dan melihat Fikri, Rina, dan Dina sedang berpesta dengan beberapa teman mereka. Mereka minum, menari, dan tertawa.
Rizal merasa sangat marah. Dia mendekati mereka, dan meminta mereka untuk menurunkan volume musiknya. Tetapi, mereka tidak menghiraukannya. Mereka malah menertawakan Rizal, dan mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak tahu bersenang-senang.
Rizal tidak tahan lagi. Dia mengambil laptopnya, dan pergi ke luar rumah. Dia berniat untuk mencari tempat yang lebih tenang untuk mengerjakan proyeknya. Dia berpikir bahwa dia akan kembali ke rumah setelah pesta selesai.
Dia berjalan tanpa tujuan, sambil membawa laptopnya. Dia mencari tempat yang bisa dia masuki, seperti kafe, perpustakaan, atau hotel. Tetapi, dia tidak menemukan tempat yang cocok. Semua tempat itu sudah tutup, penuh, atau terlalu mahal.
Akhirnya, dia sampai di sebuah taman yang sepi. Dia melihat ada sebuah bangku kosong di bawah pohon. Dia memutuskan untuk duduk di sana, dan membuka laptopnya. Dia berharap bisa menyelesaikan proyeknya di sana.
Tetapi, nasib buruk menimpanya. Ketika dia sedang asyik mengetik, dia tidak menyadari bahwa ada dua orang yang mengintainya dari belakang. Mereka adalah pencuri yang mencari mangsa.
Tanpa diduga, salah satu pencuri menarik laptop Rizal dari tangannya, sementara yang lain meninju wajahnya. Rizal terkejut, dan berusaha melawan. Tetapi, pencuri itu lebih kuat dan cepat darinya. Mereka berhasil merebut laptopnya, dan lari meninggalkannya.
Rizal terduduk lemas di bangku, sambil memegangi wajahnya yang berdarah. Dia merasa sangat sedih dan putus asa. Laptopnya yang berisi proyek penerjemahannya sudah hilang. Dia tidak punya cadangan atau salinan dari proyeknya. Dia tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan laptopnya, atau melaporkan kejadian itu ke polisi.
Dia merasa bahwa hidupnya sudah hancur. Dia merasa bahwa dia sudah gagal sebagai penerjemah, dan sebagai manusia. Dia merasa bahwa dia tidak punya harapan lagi.
Sementara itu, di rumah, Fikri, Rina, dan Dina masih asyik berpesta. Mereka tidak tahu apa yang terjadi pada Rizal. Mereka tidak peduli dengan nasibnya.
Tetapi, tiba-tiba, mereka mendengar suara sirene polisi dari luar. Mereka melihat ada beberapa mobil polisi yang berhenti di depan rumah mereka. Mereka juga melihat ada beberapa polisi yang turun dari mobil, dan mendobrak pintu rumah mereka.
Mereka kaget, dan tidak tahu apa yang terjadi. Mereka berusaha untuk kabur, tetapi polisi sudah mengepung mereka. Polisi menggeledah rumah mereka, dan menemukan banyak barang-barang ilegal, seperti narkoba, senjata, dan uang palsu.
Polisi menangkap mereka, dan membawa mereka ke kantor polisi. Mereka menanyakan siapa yang memiliki barang-barang itu, dan dari mana mereka mendapatkannya.
Fikri, Rina, dan Dina tidak bisa menjawab. Mereka tidak tahu bahwa barang-barang itu adalah milik salah satu teman mereka yang datang ke pesta. Mereka tidak tahu bahwa teman itu adalah seorang pengedar narkoba yang sedang diburu polisi.
Mereka merasa sangat ketakutan dan menyesal. Mereka menyadari bahwa mereka telah terlibat dalam masalah besar. Mereka menyadari bahwa mereka telah salah bergaul. Mereka menyadari bahwa mereka telah mengabaikan Rizal, yang sebenarnya adalah teman baik mereka.
Mereka berharap bisa meminta maaf kepada Rizal, dan memperbaiki hubungan mereka. Mereka berharap bisa kembali ke masa-masa SMA, ketika mereka masih bersama-sama, dan bahagia.
Di kantor polisi, polisi sedang menginterogasi pencuri yang mencuri laptop Rizal. Pencuri itu ditangkap ketika sedang mencoba menjual laptop itu di pasar gelap. Polisi menemukan laptop itu, dan membukanya.
Polisi melihat ada banyak file yang berisi teks dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Polisi curiga, dan menanyakan apa isi file-file itu, dan siapa yang membuatnya.
Pencuri itu tidak bisa menjawab. Mereka tidak tahu bahwa file-file itu adalah proyek penerjemahan Rizal. Mereka tidak tahu bahwa Rizal adalah seorang penerjemah yang berbakat.
Polisi tidak puas dengan jawaban mereka. Polisi mencari informasi tentang pemilik laptop itu. Polisi menemukan identitas Rizal, dan alamat rumahnya.
Polisi memutuskan untuk menghubungi Rizal, dan memberitahu bahwa laptopnya sudah ditemukan. Polisi juga meminta Rizal untuk datang ke kantor polisi, untuk mengambil laptopnya, dan memberikan keterangan.
Rizal menerima telepon dari polisi. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Dia merasa sangat senang dan lega. Dia berterima kasih kepada polisi, dan segera berangkat ke kantor polisi.
Di kantor polisi, Rizal... Lanjutkan Cerita