Pagi itu, sinar mentari perlahan menyinari ladang hijau yang terbentang luas. Di antara rumput yang menggoda, berdirilah seekor kuda bernama Bintang Jingga. Ia memiliki bulu cokelat keemasan yang berkilauan di bawah terik matahari.
Aku berdiri di hadapannya dengan hati yang berdegup kencang. Menunggang kuda adalah impianku sejak lama. Bintang Jingga menatapku dengan mata lembut yang penuh kehangatan seolah mengerti keinginanku. Ayunan kereta kuda yang berwarna cokelat tua menggairahkan di belakangku, siap membawa kami menjelajahi dunia.
Aku naik ke punggung Bintang Jingga dengan hati berdebar-debar. Sensasi hangat dan kokoh dari tubuhnya mengalir melalui keringat di tanganku saat aku memegang tali kekangnya erat. Tangis angin lembut menyapa wajahku saat Bintang Jingga melaju dengan langkah yang tegap.
Perlahan-lahan, aku merasakan keharuman alam yang memikatku. Udara segar di dalam paru-paruku terasa seperti kesegaran embun pagi yang membasahi bunga. Di bawah kakiku, rumput hijau bergoyang seiring dengan gerakan Bintang Jingga yang megah. Udara seakan berbisik tentang petualangan yang akan kujalani bersamanya.
Kami melompati sekumpulan pohon maple, yang daun-daunnya berubah menjadi warna-warni musim gugur. Angin kencang melambai lembut membelai rambutku dan membangunkan semangat dalam dadaku. Kami berlari melewati perbukitan yang menggoda, melalui sungai yang berkilauan sinar matahari, dan membelah hutan yang misterius.
Semakin lama waktu berlalu, semakin kuat ikatan di antara Bintang Jingga dan diriku. Kami terjebak dalam keindahan alam yang menakjubkan, seolah memberi kesempatan untuk mengecap kebebasan dan keajaiban satu sama lain. Matahari terbenam di bawah cakrawala, membawa romantika dalam setiap hembusan angin dan langkah Bintang Jingga yang semakin mantap.
Tiba-tiba, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Bintang Jingga berhenti di atas bukit yang luas dengan pemandangan spektakuler di hadapanku. Sebuah area padang rumput yang subur terhampar di bawah sinar rembulan. Kunang-kunang berkelip-kelip di sekitar kami, menciptakan suasana yang sangat romantis.
Tanpa kuketahui, Bintang Jingga telah membawaku ke tempat persinggahan terakhirnya. Pelan-pelan, ia menoleh ke arahku dengan penuh kehangatan. Aku bisa merasakan kecerdasan dan kebahagiaan yang ia tuangkan ke dalam tatapannya. Tak kusangka, di belakang rumah padang rumput, seorang pemuda berdiri dengan bunga di tangannya.
Pemuda itu melangkah mendekatiku sambil tersenyum. "Akhirnya kalian datang. Aku tahu Bintang Jingga akan membawamu ke sini. Aku telah menanti," ujarnya sambil menyerahkan bunga tersebut dengan lembut.
Aku terkesima. Keringat bercucuran di wajahku dan hatiku berbunga-bunga. Pemuda itu adalah Adi, sahabat terbaikku yang selama ini diam-diam mencintai. Penutup cerita yang mengejutkan ternyata adalah kejutan darinya untukku. Aku merasa bersyukur dan terharu bahwa senyum Bintang Jingga telah membawaku kepada cinta sejati.
Dari momen itu, kami berdua menghabiskan setiap hari bersama-sama di padang rumput yang indah itu. Dan di atas punggung Bintang Jingga, kami menemukan petualangan baru serta keajaiban dalam cinta yang penuh kehangatan.